Selasa, 24 Juni 2014

Dia, Tanpa Aku

Resensi Buku Dia, Tanpa Aku
Judul Buku : Dia, Tanpa Aku
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal penerbitan : Januari-2008
Jumlah Halaman : 280
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 135x200 mm
Kategori : Teenlit
Text Bahasa : Bahasa Indonesia

Sinopsis


Dialah Ronald, siswa kelas 2 SMA. Dia mencintai seorang cewek bernama Citra yang masih memakai rok biru alias SMP. Bisa dibilang Ronald sangat teramat terobsesi terhadap Citra, mulai dari warna kesukaannya, sifatnya, kebiasaannya, dan semuanya dia tahu. Itu diperoleh dari berbagai aksi pengintaiannya setiap kali Citra pulang sekolah. Foto-foto Citra pun dikumpulkan dalam berbagai pose yang ’natural’ kata Ronald. Sampai akhirnya takdir membuka jalan bagi Ronald untuk berkenalan dengan Citra.
Kini tekad Ronald sudah benar-benar bulat, dia sampai rela tidak jajan berbulan-bulan dan lebih memilih membawa lontong dan bakwan kesekolah untuk mengganjal perutnya dikala kelaparan menimpanya, semua itu dilakukan untuk memperoleh dana untuk membeli baju dan celana yang diincarnya yang akan dipakai saat menyatakan cinta pada Citra. Aksi itu dilakukannya bersama sahabatnya sejak SMP, Andhika. Sampai-sampai mereka berdua dipanggil kepala sekolah karena diduga terlibat transaksi narkoba di sekolah.
Dan tibalah saatnya. Citra akan mengenakan rok abu-abu, dan kebetulan Citra satu sekolah dengan Reinald, adik Ronald, dan sekelas pula! Setelah MOS selesai Ronald sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasannya yang sudah lama dipendamnya pada Citra. Persiapan yang sangat spesial sudah dilakukan, berdandan berjam-jam, meminta restu dari semua keluarga serta sahabatnya, Andhika turut mengantar Ronald.
Dan itu terjadi. Sebuah kecelakaan menimpa Ronald, dan mengakibatkan dirinya harus pergi untuk selama-lamanya sebelum niatnya tersampaikan, setangkai mawar digenggamnya, dia mengakhiri hidupnya dipelukan Andhika. Reinald sangat tak menerima kepergian kakak tercintanya itu, dia sangat marah pada Citra.
Berminggu-minggu Reinald bersikap ketus pada Citra yang tidak tahu apa-apa. Citra lantas bingung, karena kebingungannya itu pula dia harus rela duduk sebangku dengan Reinald yang semakin membuatnya naik darah. Sampai suatu saat mereka mengakhiri perseteruan diantara mereka, dan berganti dengan kisah cinta yang penuh dengan romansa.
Reinald berdiri di depan foto kakaknya dan mengakui perasaannya itu, dan Ronald ’kembali’. Dia melimpahkan kemarahannya, berbagai kejadian mistik dimulai, wamgi parfum, siaran radio, bunga mawar putih, dan terakhir foto Citra. Itu membuat Reinald tertekan dan akhirnya memilih untuk menjauhi Citra.
Hari-hari berlalu, dan dari siaran radio itu semua terjawab. Ronald mengutarakan semua isi hatinya, Reinald dan Andhika menangis.

Kelebihan dari buku tersebut adalah cerita yang disampaikan. Benar-benar cerita yang memepunyai karakter yang berbeda. Semua bagian-bagiannya diulas dengan rinci, permasalahan yang ada juga diselesaikan dengan cara yang berbeda. Banyak mengangkat kejadian-kejadian yang pada umunya terjadi diusia remaja, percintaan yang unik serta pendalaman karakter tokoh yang benar-benar ditonjolkan, membuat cerita itu seakan-akan hidup. Namun yang sangat disayangkan adalah ketika akar permasalahn kembalinya Ronald mulai terungkap dan pada akhirnya Citra mengetahui hal tersebut, ceritanya tidak dibahas sama sekali. Bagaimana Reinald menceritakannya pada Citra sama sekali tidak dituliskan dalam cerita tersebut. Hal ini membuat pembaca penasaran akan reaksi Citra saat mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Sesungguhnya penulis melewati satu bagian yang penting dalam cerita ini. Begitu pula ending yang disajikan tidak terlalu ’wah’ atau tidak seimbang dengan ceritanya yang sempat membuat pembaca penasaran, bisa dibilang endingnya tawar. Tapi selebihnya, cerita buku ini sangat menarik untuk dibaca, ada nuansa senang, lucu, sedih, romantis, dan horornya juga. Pokoknya buku karya Esti Kinasih ini TOP banget untuk para remaja Indonesia.


Kesimpulannya adalah, buku ini sangat menarik untuk dibaca khususnya untuk para remaja. Cerita yang disajikan berbeda dari ceita-cerita remaja pada umumnya. Banyak hal menarik yang diceritakan pada buku Dia, Tanpa aku ini.

Kamis, 19 Juni 2014

TARI SAMAN MAHASISWA ARSITEKTUR 2013 UNIVERSITAS GUNADARMA

kami dari mahasiswa jurusan arsitektur universitas Gunadarma angkatan 2013.
ini adalah tugas salah satu mata kuliah softskill yaitu Ilmu Budaya Dasar di semester 2, yaitu menampilkan sebuah tarian, dan kelompok kami memutuskan untuk menampilkan tarian saman yang berasal dari Aceh.

KELAS 1TB01

POSISI (dari kiri)
-Aditya Rahman
-Dinda Melinda
-Virly Avica
-M. Zehan
-Yanuarra
-Ahlal Jannata
-Dewa Arga

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.

MAKNA DAN FUNGSI


Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

LIRIK LAGU SAMAN
<masuk>
Salamalaikum tanglon jemela (ceh)
Sambut hai rakan salam sijahtera
Kebandung ware handai ngan taulan
Dum sekalian tuhan ngenmuda
Dum sekalian tuhan ngenmuda
Kerakyat Aceh dipode sabang
Sampai batasan aceh tenggara
Berujung simpu di ujung sabang
Barat Selatan tro Aceh Jaya
Barat Selatan tro Aceh Jaya
<dungtakdung>
Amin Allah sembah amin
Ure mukmin gelagelagedoah
Berkat rahmat Allah yamri
Nanggro Aceh makmur sijahtera
(2x)
Hai jala tu milen
Hai milen jala tun
Jala tu milen
Hai milen jala tun
Hai bungko nesayang
Len kalen pade
Hai dipot angengle
Hai binte ke ayem mate
Hai jala tu milen
Hai milen jala tun
Jala tu milen
Hai milen jala tun
<berhenti>
Kutiding langhan dinghem
Kutiding langhan dinghem
La hembots bots la tiding
La hembots bots la tiding
Hai taja u aceh
Hai taja u aceh
Hai ado len kalen pade
Hai ado len kalen pade
Merebah metimpa
Merebah metimpa
Hai ado dipot angengle
Hai ado dipot angengle
<ganti gerakan kutiding 2>
E hai kutiding langhan dinghem
Kutiding langhan dinghem
La hembots bots la tiding
La hembots bots la tiding
Hai ma pute pute
Hai ma pute pute
Hai ado si bungong pute
Hai ado si bungong pute
Hai len lat babinte
Hai len lat babinte
Hai ado ke ayem mate
E ado ke ayem mate
E hai kutiding langhan dinghem
Kutiding langhan dinghem
La hembots bots la tiding
La hembots bots la tiding
<berhenti>
Ret karet menan menan
Ret karet menan menan
Tjo ampon teungku raja
Si jumpa mira si ura kareutlam anau
(2x)
Ret karet menan menan
Ret karet menan menan
Tjo ampon teungku raja
<berhenti>
Ha e allahuala eha
Jinten rile hai putro baren han
Han jinten jinten rilo
(4x) à 2 lambat, 2 cepet, 2 kosong
<berhenti>
Hai laot sah
Ilon lah ombak me
Ahlun kapaitdri
Ekstrun lah me pura pura hai bacuteh
Salam lah bu konsa
Lah lun salahmun laipun hawaidi
Gatra lamperahu
(ganti arah muter)
Rayah la bungkah u
Cabang kapatang
Tiang tamengku wala hai menyone
Gose la dingonme
Sayang wahai cut
Abang se ote raya
Hai laotsah
<habis>
Hei hei hei tujalahe
Tiding ala haiding
Tiding ala haiding
Wajala eha eha ala
<sampe selesai keluar semuanya>