Resensi Buku Dia, Tanpa Aku
Judul Buku : Dia, Tanpa Aku
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal penerbitan : Januari-2008
Jumlah Halaman : 280
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 135x200 mm
Kategori : Teenlit
Text Bahasa : Bahasa Indonesia
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal penerbitan : Januari-2008
Jumlah Halaman : 280
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 135x200 mm
Kategori : Teenlit
Text Bahasa : Bahasa Indonesia
Sinopsis
Dialah Ronald, siswa kelas 2 SMA. Dia mencintai seorang cewek bernama Citra yang masih memakai rok biru alias SMP. Bisa dibilang Ronald sangat teramat terobsesi terhadap Citra, mulai dari warna kesukaannya, sifatnya, kebiasaannya, dan semuanya dia tahu. Itu diperoleh dari berbagai aksi pengintaiannya setiap kali Citra pulang sekolah. Foto-foto Citra pun dikumpulkan dalam berbagai pose yang ’natural’ kata Ronald. Sampai akhirnya takdir membuka jalan bagi Ronald untuk berkenalan dengan Citra.
Kini tekad Ronald sudah benar-benar bulat, dia sampai rela tidak jajan berbulan-bulan dan lebih memilih membawa lontong dan bakwan kesekolah untuk mengganjal perutnya dikala kelaparan menimpanya, semua itu dilakukan untuk memperoleh dana untuk membeli baju dan celana yang diincarnya yang akan dipakai saat menyatakan cinta pada Citra. Aksi itu dilakukannya bersama sahabatnya sejak SMP, Andhika. Sampai-sampai mereka berdua dipanggil kepala sekolah karena diduga terlibat transaksi narkoba di sekolah.
Dan tibalah saatnya. Citra akan mengenakan rok abu-abu, dan kebetulan Citra satu sekolah dengan Reinald, adik Ronald, dan sekelas pula! Setelah MOS selesai Ronald sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasannya yang sudah lama dipendamnya pada Citra. Persiapan yang sangat spesial sudah dilakukan, berdandan berjam-jam, meminta restu dari semua keluarga serta sahabatnya, Andhika turut mengantar Ronald.
Dan itu terjadi. Sebuah kecelakaan menimpa Ronald, dan mengakibatkan dirinya harus pergi untuk selama-lamanya sebelum niatnya tersampaikan, setangkai mawar digenggamnya, dia mengakhiri hidupnya dipelukan Andhika. Reinald sangat tak menerima kepergian kakak tercintanya itu, dia sangat marah pada Citra.
Berminggu-minggu Reinald bersikap ketus pada Citra yang tidak tahu apa-apa. Citra lantas bingung, karena kebingungannya itu pula dia harus rela duduk sebangku dengan Reinald yang semakin membuatnya naik darah. Sampai suatu saat mereka mengakhiri perseteruan diantara mereka, dan berganti dengan kisah cinta yang penuh dengan romansa.
Reinald berdiri di depan foto kakaknya dan mengakui perasaannya itu, dan Ronald ’kembali’. Dia melimpahkan kemarahannya, berbagai kejadian mistik dimulai, wamgi parfum, siaran radio, bunga mawar putih, dan terakhir foto Citra. Itu membuat Reinald tertekan dan akhirnya memilih untuk menjauhi Citra.
Hari-hari berlalu, dan dari siaran radio itu semua terjawab. Ronald mengutarakan semua isi hatinya, Reinald dan Andhika menangis.
Kelebihan dari buku tersebut adalah cerita yang disampaikan. Benar-benar cerita yang memepunyai karakter yang berbeda. Semua bagian-bagiannya diulas dengan rinci, permasalahan yang ada juga diselesaikan dengan cara yang berbeda. Banyak mengangkat kejadian-kejadian yang pada umunya terjadi diusia remaja, percintaan yang unik serta pendalaman karakter tokoh yang benar-benar ditonjolkan, membuat cerita itu seakan-akan hidup. Namun yang sangat disayangkan adalah ketika akar permasalahn kembalinya Ronald mulai terungkap dan pada akhirnya Citra mengetahui hal tersebut, ceritanya tidak dibahas sama sekali. Bagaimana Reinald menceritakannya pada Citra sama sekali tidak dituliskan dalam cerita tersebut. Hal ini membuat pembaca penasaran akan reaksi Citra saat mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Sesungguhnya penulis melewati satu bagian yang penting dalam cerita ini. Begitu pula ending yang disajikan tidak terlalu ’wah’ atau tidak seimbang dengan ceritanya yang sempat membuat pembaca penasaran, bisa dibilang endingnya tawar. Tapi selebihnya, cerita buku ini sangat menarik untuk dibaca, ada nuansa senang, lucu, sedih, romantis, dan horornya juga. Pokoknya buku karya Esti Kinasih ini TOP banget untuk para remaja Indonesia.
Kesimpulannya adalah, buku ini sangat menarik untuk dibaca khususnya untuk para remaja. Cerita yang disajikan berbeda dari ceita-cerita remaja pada umumnya. Banyak hal menarik yang diceritakan pada buku Dia, Tanpa aku ini.
Kini tekad Ronald sudah benar-benar bulat, dia sampai rela tidak jajan berbulan-bulan dan lebih memilih membawa lontong dan bakwan kesekolah untuk mengganjal perutnya dikala kelaparan menimpanya, semua itu dilakukan untuk memperoleh dana untuk membeli baju dan celana yang diincarnya yang akan dipakai saat menyatakan cinta pada Citra. Aksi itu dilakukannya bersama sahabatnya sejak SMP, Andhika. Sampai-sampai mereka berdua dipanggil kepala sekolah karena diduga terlibat transaksi narkoba di sekolah.
Dan tibalah saatnya. Citra akan mengenakan rok abu-abu, dan kebetulan Citra satu sekolah dengan Reinald, adik Ronald, dan sekelas pula! Setelah MOS selesai Ronald sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasannya yang sudah lama dipendamnya pada Citra. Persiapan yang sangat spesial sudah dilakukan, berdandan berjam-jam, meminta restu dari semua keluarga serta sahabatnya, Andhika turut mengantar Ronald.
Dan itu terjadi. Sebuah kecelakaan menimpa Ronald, dan mengakibatkan dirinya harus pergi untuk selama-lamanya sebelum niatnya tersampaikan, setangkai mawar digenggamnya, dia mengakhiri hidupnya dipelukan Andhika. Reinald sangat tak menerima kepergian kakak tercintanya itu, dia sangat marah pada Citra.
Berminggu-minggu Reinald bersikap ketus pada Citra yang tidak tahu apa-apa. Citra lantas bingung, karena kebingungannya itu pula dia harus rela duduk sebangku dengan Reinald yang semakin membuatnya naik darah. Sampai suatu saat mereka mengakhiri perseteruan diantara mereka, dan berganti dengan kisah cinta yang penuh dengan romansa.
Reinald berdiri di depan foto kakaknya dan mengakui perasaannya itu, dan Ronald ’kembali’. Dia melimpahkan kemarahannya, berbagai kejadian mistik dimulai, wamgi parfum, siaran radio, bunga mawar putih, dan terakhir foto Citra. Itu membuat Reinald tertekan dan akhirnya memilih untuk menjauhi Citra.
Hari-hari berlalu, dan dari siaran radio itu semua terjawab. Ronald mengutarakan semua isi hatinya, Reinald dan Andhika menangis.
Kelebihan dari buku tersebut adalah cerita yang disampaikan. Benar-benar cerita yang memepunyai karakter yang berbeda. Semua bagian-bagiannya diulas dengan rinci, permasalahan yang ada juga diselesaikan dengan cara yang berbeda. Banyak mengangkat kejadian-kejadian yang pada umunya terjadi diusia remaja, percintaan yang unik serta pendalaman karakter tokoh yang benar-benar ditonjolkan, membuat cerita itu seakan-akan hidup. Namun yang sangat disayangkan adalah ketika akar permasalahn kembalinya Ronald mulai terungkap dan pada akhirnya Citra mengetahui hal tersebut, ceritanya tidak dibahas sama sekali. Bagaimana Reinald menceritakannya pada Citra sama sekali tidak dituliskan dalam cerita tersebut. Hal ini membuat pembaca penasaran akan reaksi Citra saat mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Sesungguhnya penulis melewati satu bagian yang penting dalam cerita ini. Begitu pula ending yang disajikan tidak terlalu ’wah’ atau tidak seimbang dengan ceritanya yang sempat membuat pembaca penasaran, bisa dibilang endingnya tawar. Tapi selebihnya, cerita buku ini sangat menarik untuk dibaca, ada nuansa senang, lucu, sedih, romantis, dan horornya juga. Pokoknya buku karya Esti Kinasih ini TOP banget untuk para remaja Indonesia.
Kesimpulannya adalah, buku ini sangat menarik untuk dibaca khususnya untuk para remaja. Cerita yang disajikan berbeda dari ceita-cerita remaja pada umumnya. Banyak hal menarik yang diceritakan pada buku Dia, Tanpa aku ini.